TopBabel.com – Pada era kolonial Belanda, Pangkalpinang menjadi salah satu wilayah yang diperhatikan dari segi infrastruktur, terutama untuk kebutuhan dasar seperti pasokan air bersih. Menara air minum di Bukit Mangkol adalah salah satu bukti nyata pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahan Residen Bangka, JE Edie, yang menjabat sejak tahun 1925. Penelitian intensif untuk mencari sumber air bersih dilakukan oleh pemerintah kolonial dan hasilnya direalisasikan pada tahun 1927 dengan mendirikan instalasi air minum ini.
Bangunan menara ini didirikan di atas Bukit Mangkol, yang sekarang berada di sekitar Kompleks Perumahan PT Timah Bukit Baru. Fasilitas tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 11.970 pelanggan di Kota Pangkalpinang pada saat itu. Meski kini menara air tersebut tidak lagi digunakan, keberadaannya masih menjadi Benda Cagar Budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Menara air ini memiliki dua buah tangki raksasa dengan ukuran masing-masing 12,6 meter x 9,6 meter, tinggi 5 meter, dan diameter 8,25 meter. Tangki ini berdiri kokoh di atas instalasi bangunan yang dirancang untuk menampung air dan mendistribusikannya melalui jaringan pipa besar ke seluruh masyarakat Pangkalpinang.
Bangunan ini dilengkapi dengan enam buah pathok atau tugu yang berfungsi sebagai pembatas tanah. Pathok ini menjadi penanda antara wilayah pengelola menara air dengan Kompleks Perumahan PT Timah Bukit Baru, yang pada masanya dikenal sebagai kawasan perumahan elit. Keberadaan pathok ini menunjukkan betapa terencana dan detailnya tata ruang yang diterapkan saat itu.
Sistem distribusi air yang digunakan pada masa itu cukup maju untuk zamannya. Air yang ditampung di tangki besar ini dialirkan melalui pipa-pipa besar yang menjangkau berbagai penjuru Kota Pangkalpinang. Dengan sistem ini, kebutuhan air bersih masyarakat dapat terpenuhi dengan lebih efisien.
Pada masa operasionalnya, menara air ini menjadi tulang punggung penyediaan air bersih bagi penduduk Pangkalpinang. Kehadiran fasilitas ini tidak hanya membantu dari sisi kesehatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penduduk kota. Air bersih menjadi lebih mudah diakses, sehingga mendukung aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci, dan konsumsi.
Keberadaan menara ini juga menjadi simbol modernisasi di Pangkalpinang pada era kolonial. Hal ini mencerminkan bagaimana pemerintah kolonial memandang pentingnya infrastruktur dasar untuk mendukung kehidupan masyarakat.
Setelah beberapa dekade beroperasi, menara air ini akhirnya dihentikan penggunaannya karena munculnya teknologi dan instalasi yang lebih modern. Kini, menara air tersebut sudah tidak lagi digunakan sebagai fasilitas distribusi air, namun tetap dilestarikan sebagai Benda Cagar Budaya.
Untuk menggantikan fungsi menara air lama, pemerintah membangun instalasi air minum modern yang mampu menjangkau lebih banyak pelanggan dengan teknologi terkini. Meski demikian, keberadaan menara air lama tetap menjadi warisan berharga yang mengingatkan kita pada sejarah panjang Kota Pangkalpinang.
Menara air di Bukit Mangkol kini dilestarikan sebagai bagian dari sejarah kota. Upaya pelestarian ini dilakukan untuk menjaga nilai sejarah dan arsitektur bangunan agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Selain itu, bangunan ini menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Keberadaan menara air ini tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas publik, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam. Pembangunannya mencerminkan kemajuan teknologi pada masa kolonial serta komitmen pemerintah Belanda dalam memberikan layanan dasar bagi masyarakat.
Kini, menara ini menjadi pengingat akan bagaimana infrastruktur dasar seperti air bersih pernah menjadi prioritas pembangunan. Selain itu, menara air ini juga menjadi bagian penting dari sejarah arsitektur di Indonesia, khususnya di Pangkalpinang. (*)