Belajar Pembangunan Desa dari Korea Selatan untuk  Desa di Indonesia

Bagikan

Dalam konteks ini, Indonesia memiliki banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman Korea Selatan melalui gerakan pembangunan desa mereka yang dikenal sebagai Saemaul Undong, atau Gerakan Desa Baru.

Latar Belakang Saemaul Undong

Saemaul Undong diluncurkan pada awal tahun 1970 oleh Presiden Park Chung Hee sebagai respons terhadap kemiskinan pedesaan pasca perang Korea. Pada saat itu, Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia, dan mayoritas penduduk tinggal di desa-desa yang terisolasi dan tertinggal. 

Melalui gerakan ini, pemerintah Korea mengajak masyarakat desa untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan, dengan bertumpu pada tiga nilai utama: kerja keras (diligence), kemandirian/gotong royong (self-help), dan kerja sama (cooperation). Gerakan ini sangat terstruktur, Pemerintah memberikan bantuan awal berupa bahan bangunan seperti semen dan baja kepada seluruh desa. 

Namun, bantuan lanjutan hanya diberikan kepada desa-desa yang mampu memanfaatkan bantuan awal secara efektif dan menunjukkan inisiatif. Ini menciptakan persaingan sehat antar desa dan mendorong partisipasi aktif warga. 

Desa-desa yang berhasil menunjukkan perubahan fisik maupun sosial mendapat penghargaan dan dukungan lebih lanjut. Ini bukan hanya pembangunan infrastruktur, tetapi revolusi mental dan budaya.

Bacaan Lainnya

Makna dan Relevansi Tiga Nilai Utama Saemaul Undong (Gerakan Desa Baru)

Berikut makna tiga nilai utama dalam Gerakan desa baru yang digelorakan dan ditanamkan kepada pemerintah dan masyarakat desa oleh Pemerintah Korea Selatan dibawah kepemimpinan Presiden Park Chung Hee ; 

a. Kerja Keras (Diligence). Nilai kerja keras menjadi fondasi perubahan. Masyarakat desa diajak untuk mengubah pola pikir dari bergantung pada negara menjadi produktif dan mandiri. Kerja keras tidak hanya diwujudkan dalam kegiatan fisik seperti membangun jalan atau irigasi, tetapi juga dalam bentuk disiplin, efisiensi, dan komitmen terhadap tujuan bersama. Di Korea Selatan, nilai ini ditanamkan sejak dini melalui pendidikan dan pelatihan, sehingga menjadi bagian dari budaya kerja masyarakat desa.

b. Kemandirian / Gotong Royong (Self-help). Konsep self-help atau kemandirian sangat relevan dengan budaya Indonesia. Kita mengenal gotong royong sebagai bagian dari identitas sosial. Namun, dalam praktik modern, gotong royong sering kali hanya dilakukan saat ada proyek pemerintah atau bersifat musiman. Saemaul Undong menghidupkan kembali semangat ini sebagai strategi pembangunan. Warga desa di Korea Selatan membentuk komite-komite kecil untuk mengelola proyek, membagi tugas, dan memastikan keberlanjutan. Mereka juga berkontribusi dalam bentuk tenaga kerja, waktu, dan bahkan dana pribadi.

c. Kerja Sama (Cooperation). Nilai ketiga adalah kerja sama yang solid antar warga dan antara warga dengan pemerintah. Desa-desa yang berhasil adalah desa yang memiliki kepemimpinan lokal yang kuat dan partisipasi warga yang tinggi.

Pos terkait