Ekonomi Bangka Bergerak, Harus Punya Arah yang Tegas

Bagikan

Oleh Rudi Kurniawan
Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran


TopBabel.com – Struktur ekonomi Kabupaten Bangka berubah perlahan namun pasti. Selama bertahun-tahun, sektor pertambangan khususnya timah menjadi penyangga utama ekonomi daerah. Namun sejak awal 2010-an, arah pertumbuhan mulai bergeser ke industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Pergeseran ini merupakan langkah penting, meskipun belum cukup jika tidak disertai dengan kejelasan arah: pertumbuhan seperti apa yang ingin dibangun, dan keunggulan seperti apa yang ingin dikejar?

Dalam kurun waktu 2010 hingga 2023, pergeseran tersebut tercermin dari perubahan kontribusi antar sektor. Sektor pertambangan dan penggalian yang sebelumnya menyumbang sekitar 20 persen terhadap PDRB pada tahun 2010, kini tinggal 13,5 persen pada 2023. Sementara itu, industri pengolahan meningkat dari 15 persen menjadi 21,5 persen dalam periode yang sama, menjadikannya sektor dominan baru. Perdagangan besar dan eceran tumbuh dari 10 persen menjadi 16,5 persen, sedangkan pertanian menurun dari 25 persen menjadi 18,5 persen. Di sisi lain, laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan bertahap, dari 5,0 persen pada 2010 menjadi 3,9 persen pada 2023.

Tidak hanya komposisi PDRB yang bergeser, pola pertumbuhan antar sektor juga menunjukkan arah baru. Sektor pertambangan, yang sempat tumbuh 5,29 persen pada 2021, mengalami kontraksi dua tahun berturut-turut dan menyusut 1,17 persen pada 2023. Sebaliknya, industri pengolahan tumbuh 3,07 persen dan perdagangan besar-eceran 4,77 persen, menunjukkan kestabilan dan daya tahan.

Transportasi dan pergudangan mencatat lonjakan tertinggi, tumbuh 8,46 persen, sementara konstruksi tumbuh 6,40 persen dan akomodasi serta makanan minuman 5,98 persen. Tren ini menegaskan bahwa mesin pertumbuhan ekonomi Bangka sedang berpindah dari sektor ekstraktif ke sektor pengolahan, jasa, dan distribusi.

Perubahan ini perlu dijawab dengan arah pembangunan yang lebih jelas. Tanpa arah yang tegas, transisi ekonomi berisiko berhenti di tengah jalan. Sektor pertambangan yang dulu dominan kini menyusut, sementara sektor baru seperti industri pengolahan dan perdagangan masih dalam proses membangun kekuatannya. Jika tidak disiapkan dengan strategi yang matang, pertumbuhan bisa kehilangan landasan dan berujung pada stagnasi baru.

Momentum pergeseran ini juga membawa peluang yang besar. Namun tanpa kebijakan yang cepat dan terfokus dalam bentuk dukungan infrastruktur, pembiayaan, serta pelatihan tenaga kerja peluang tersebut bisa dengan mudah lewat begitu saja. Daerah lain yang lebih siap akan lebih dulu menarik investasi dan menguasai pasar.

Selain itu, arah pembangunan yang tidak jelas berpotensi memperlebar ketimpangan. Pertumbuhan hanya terjadi di sektor atau wilayah tertentu, sementara yang lain tertinggal. Dampaknya tidak hanya pada ekonomi, tetapi juga pada kohesi sosial dan stabilitas jangka panjang.

Setiap keputusan pembangunan hari ini akan menentukan daya saing Bangka dalam satu atau dua dekade ke depan. Tanpa arah, tidak ada fokus. Dan tanpa fokus, sulit menciptakan pertumbuhan yang benar-benar kuat dan merata.