TopBabel.com-Masyarakat Batu Beriga, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) nenyampaikan penolakan pembangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Bangka Belitung (Babel) ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi ke Kepulauan Babel, Senin ( 10/11/ 2025) pada pertemuan Audiensi bersama DPRD dan dihadiri pihak PT. Thorcon, bertempat di ruang Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Babel.
Rencana pembangunan PLTN di Babel senilai Rp17 triliun oleh PT Thorcon Indonesia terus menuai penolakan dari masyarakat dan berbagai pihak yang terkait.
Direktur Eksekutif WALHI Kepulauan Babel, Ahmad Subhan Hafiz, usai audiensi mengatakan kepada awak media bahwa Babel tidak memiliki urgensi untuk membangun PLTN.
Kemudian Direktur Eksekutif WALHI Kepulauan Babel, Ahmad Subhan Hafiz menyampaikan ada beberapa hal yang menjadi alasan WALHI Babel mengutarakan penolakan pembangunan PLTN, diantara tidak semua teknologi bisa menggunakan PLTN.
Ahmad Subhan Hafiz meminta Stop bilang apa yang dilakukan oleh PT Thorchon sudah proven, PT Thorchon saja belum pernah bangun PLTN. Dimana-mana PT. Thorcon bilang sudah proven, terbukti, generasi keempat, dan dari 11 persen negara yang menggunakan nuklir, berapa persen teknologi yang akan digunakan oleh Thorchon itu? Artinya teknologi ini juga belum digunakan secara umum,” jelas Ahmad Subhan Hafiz.
Selanjutnya Muhmmad Subhan Hafiz, menyampaikan banyak pembangkit listrik yang ada, energi nuklir itu yang paling boros air bahkan lebih dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap-red), kalau kita ngomong soal urgensi? urgensi apa?, apakah Babel darurat energi?,”.
Muhamad Subhan Hafiz menyebutkan, bahwa pihak PLN saat ini juga tengah mengembangkan teknologi cofiring biomassa di PLTU. Kemudian, ada dua perusahaan Hutan Tanaman Energi (HTE) yang juga sedang menyiapkan wood chip sebagai bahan bakar alternatif untuk energi bersih.
Kemudian apakah kita akan menyuplai listrik dari PLTN ke Sumatera? Sumatera sudah membangun PLTU raksasa di Soroang, Jambi. Artinya tidak ada urgensi kemudian kita membangun PLTN di Babel, tentunya beresiko tinggi. Kalau tidak tinggi tidak akan ada Badan Energi Atom Dunia, tidak akan ada BAPETEN kalau emang tidak ada resiko,” ucap Muhamad Subhan Hafiz.
Dengan tegas Muhamad Subhan Hafiz menyampaikan bahwa masyarakat Babel mayoritas menolak PLTN dan masyarakat Beriga Bangka Tengah 100 persen menolak PLTN dan klaim dari PT Thorcon 75 persen masyarakat Beriga terima PLTN itu berbanding terbalik dengan apa yang ada di lapangan, itu perlu di evaluasi, karena angka 75 persen angka yang tidak masuk akal, pungkasnya. (*)



